@diarisobekk

makasih udah mampir di blog saya... seperti mampir di hati saya ... :))

Senin, 30 Juli 2012

"Cintaku Hilang"

"apabila cinta memanggilmu... ikutilah dia walau jalannya berliku-liku... Dan, apabila sayapnya merangkummu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu.. (Kahlil Gibran)"


dan Cinta, selalu mengawali dengan keindahan yang sebelumnya tak pernah ada untuk kedua kalinya. dan Cinta, pada akhirnya, mau itu bahagia, atau senang, atau sedih, atau duka, berakhir dengan cara yang sangat menyakitkan. 

entah di tinggalkan, entah meninggalkan, entah sama-sama memilih untuk melepaskan.

siapa yang ingin cintanya berakhir dengan cara yang menyedihkan,  siapa yang ingin di tinggal oleh cinta, tak ada yang kuat untuk melawan hendak kehilangan. walaupun banyak yang menghalangnya, tapi pada akhirnya akan tetap berakhir, semanis ia datang memelukmu diam-diam.

begitu juga , aku. 
pada awalnya,  seperti halnya benih yang kutanam, ku sirami ia dengan impian masa depan, ku rawat ia dengan sayang yang tak terbilang, bahkan ketika ia berbunga indah, aku terpana dan tak sadar ada yang terluka di tanganku, ada duri yang tak ku tau telah menusuk dengan lembut, mengoyak jemari yang lama merawatnya.
lalu, lambat laun, hingga entah apa yang sudah kulakukan terhadapnya. entah suatu hari yang lalu aku lupa memujanya, entah aku salah memberi takaran pupuk, entah ada kumbang yang membuatnya layu, ia pun lamat-lamat melayu, menyusut, kurus, rapuh, kering dan mati. 

lalu, apa yang harus aku lakukan, yang kubisa hanya merelakan apa yang pernah kupunya, satu-persatu.
dan akhirnya, cinta tetap saja meninggalkanku. bagaimana bisa yang ku jaga dengan seluruh yang kupunya akhirnya pergi meninggalkanku.

cinta, ia bukan milikmu. ia bisa kau lahirkan dengan sebagaimana maumu, tapi pada akhirnya, pada kematangannnya, ia akan jatuh lagi ke dalam. kembali kepada sang-penciptaNya, yang kau pinjam darinya. 

cinta yang hilang, anak-anak impianku di masa depan.
 

Kamis, 21 Juni 2012

10 juni 2011

cinta, kau takkan pernah tau hati ini yang sesungguhnya
ketika kau berjalan diatas keramaian yang tak satupun menoleh kepadamu
kau akan merasakan betapa kecilnya dirimu saat itu
mungkin saja aku, akan datang
tapi bukan untuk menuntunmu
aku akan melihatmu dengan dunia baruku
aku akan memantaunya di alam tidurku saja
tak mau aku terlalu bersusah lagi menjaga hatimu
kau sendiri saja mengkhianati aku.

---malam dengan ke-sedihan-terdalam-- 
Beruntung__

Minggu, 10 Juni 2012

Siapa Engkau...

Senja, siapa senja?
Lupakan dia, engkau?
Senja, apa kabar Dia?
Kemuning ceria penutup luka lara
Senja, mengapa Dia?
Senyumnya membuatku hanyut.
Manis, Renyah, Ranum
Senja, ini bukan Senja.
Lupakan masa lalumu, Engkau.

Temaram, siapa temaram?
Gelap. Tidak, Rindu yang melekat.
Temaram, apakabar Dia?
Sama saja. Pelahir malam yang kelam.
Temaram, mengapa Dia?
Bukan yang harus kau fikirkan.
Seluruhnya pedih dan bara.
Temaram, ini bukan temaram.
Ah, aku terRindu-rindu saja, Engkau??? ~

 ~malam semalam~ @DiariSobekk

Jumat, 08 Juni 2012

Surat dari Kekasih ( Kahlil Gibran )

Untukmu yang selalu Kucintai,

Saat kau bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKu., bercerita, meminta pendapatKu, mengucapkan sesuatu untukKu walaupun hanya sepatah kata.

Atau berterima kasih kepadaKu atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu pada tadi malam, kemarin, atau waktu yang lalu….

Tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja…

Tak sedikitpun kau menyedari Aku di dekat mu.

Aku kembali menanti saat engkau sedang bersiap,

Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu, tetapi engkau terlalu sibuk…

Di satu tempat, engkau duduk tanpa melakukan apapun.

Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu.

Aku berfikir engkau akan datang kepadaKu, tetapi engkau berlari ke telefon dan menelefon seorang teman untuk sekadar berbual-bual.

Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti dengan sabar sepanjang hari. Namun dengan semua kegiatanmu Aku berfikir engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu.

Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKu, itulah sebabnya mengapa engkau tidak sedikitpun menyapaKu.

Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKu dengan lembut sebelum menjamah makanan yang kuberikan, tetapi engkau tidak melakukannya…..

Ya, tidak mengapa, masih ada waktu yang tersisa dan Aku masih berharap engkau akan datang kepadaKu, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.

Setelah tugasmu selesai, engkau menghidupkan TV, Aku tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak, hanya engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati siaran yang ditampilkan, hingga waktu-waktu untukKu dilupakan.

Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menikmati akananmu tetapi kembali engkau lupa menyebut namaKu an berterima kasih atas makanan yang telah Kuberikan.

Saat tidur Kufikir kau merasa terlalu lelah.

Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, au melompat ke tempat tidurmu dan tertidur tanpa epatahpun namaKu kau sebut. Tidak mengapa kerana mungkin ngkau masih belum menyedari bahawa Aku selalu hadir untukmu.

Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari.

Aku bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku sangat menyayangimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata darimu, ungkapan isi hatimu, namun tak kunjung tiba.

Baiklah….. engkau bangun kembali dan kembali Aku enanti dengan penuh kasih bahawa hari ini kau akan memberiKu sedikit waktu untuk menyapaKu…

Tapi yang Kutunggu … ah tak juga kau menyapaKu.

Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan

Subuh lagi kau masih tidak mempedulikan Aku.

Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, tak ada pula harapan dan keinginan untuk sujud kepadaKU….

Apakah salahKu padamu …? Rezeki yang Kulimpahkan,

kesihatan yang Kuberikan, Harta yang Kurelakan, makanan yang Kuhidangkan , Keselamatan yang Kukurniakan, kebahagiaan yang Kuanugerahkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKu ???

Percayalah, Aku selalu mengasihimu, dan Aku tetap berharap suatu saat engkau akan menyapaKu, memohon perlindunganKu, bersujud menghadapKu … Kembali kepadaKu.

Yang selalu bersamamu setiap saat,

Tuhanmu….

sayap sayap patah (kahlil gibran)

Wahai langit .... Tanyakan pada-Nya Mengapa Dia menciptakan sekeping hati ini .... Begitu rapuh dan mudah terluka .... Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta Begitu kuat dan kokoh .... Saat berselimut cinta dan asa .... Mengapa Dia menciptakan rasa sayang dan rindu di dalam hati ini .... Mengisi kekosongan di dalamnya Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih Menimbulkan segudang tanya .... Menghimpun berjuta asa .... Memberikan semangat juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira .... Mengapa Dia menciptakan kegelisahan dalam jiwa .... Menghimpit bayangan .... Menyesakkan dada .... Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa .... Wahai ilalang .... Pernahkan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini ? Mengapa kau hanya diam .... Katakan padaku .... Sebuah kata yang bisa meredam gejolak jiwa ini .... Sesuatu yang dibutuhkan raga ini .... Sebagai pengobat rasa sakit yang tak terkendali .... Desiran angin membuat berisik dirimu ....
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku .... Aku tak tahu apa maksudmu .... Hanya menduga .... Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana .... Menunggumu dengan setia .... Menghargai apa arti cinta .... Hati terjatuh dan terluka .... Merobek malam menoreh seribu duka .... Kukepakkan sayap - sayap patahku .... Mengikuti hembusan angin yang berlalu .... Menancapkan rindu .... Di sudut hati yang beku .... Dia retak, hancur bagai serpihan cermin .... Berserakan .... Sebelum hilang diterpa angin .... Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati .... Bercampur baur dengan debu .... Ingin ku rengkuh .... Ku gapai kepingan di sudut hati .... Hanya bayangan yang ku dapat .... Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya .... Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini .... Ia telah patah .... Tertusuk duri yang tajam .... Hanya bisa meratap .... Meringis .... Mencoba menggapai sebuah pegangan ....

Senin, 04 Juni 2012

cinta kamu itu indah.

kadang, sepagi apapun engkau mengharap embun,
yang tersebar ditepian jendela-jendela mimpimu,
tetap saja, engkau kalah cepat dengan mentari
yang sangat mudah meebur segala kemungkinan yang tersisa.

lalu, apakah akhirnya engkau mengeluh?
dengan yang telah terjadi?
yang kau harapkan hilang sebegitu angin yang menghembus didepanmu
tanpa menyisakan sedikitpun pelukan.
akhirnya bunga juga akan layu sebelum senja
mati dibibir kumbang jantan.
sebelum engkau sempat berkenalan dengannya yang mengucup malu

diantara semua yang sia-sia,
seharapku, engkau ialah yang melihatku paling pertama
dan paling perakhir ketika aku menutup mata.
bisakah?
atau bualan yang begitu basikah?

tentang janji.
pasir pantai senja yang ranum,
pelukan hangat dari belakang,
dan kaki yang meraba kejutan pecahan ombak pantai.
engkau tetap hidup sebagai sebuah ingatan yang mengabadi jauh.
entah sampai kapan-kapan yang menjadikannya ada.
berjanjilah dalam kelemahan kita sendiri
cinta kamu itu indah.

teruntuk kamu @PelukisLara

Sabtu, 31 Maret 2012

"Selamat Ulang Tahun, Kamu"


08:01 “Banyak yang harus kulakukan hari ini. Tidak seperti hari-hari yang sebelumnya. Yang kujalani dengan semua kesia-siaan. Semoga sebelum sore aku melaksanakan tugasku dengan mulus. Dan tanpa sedikit keraguan” batinku seraya menatap tanggal dikalender itu, pagi ini.

10:15 “ah, apalagi yang harus kulakukan. Apa yang tak pernah kuberikan kepadanya. Bukannya semua sudah pernah kuberikan. Lalu kali ini apalagi.  Otakku buntu!!! BUNTU…!!!” jeritku dalam hati. Sebenarnya ingin saja terang-terangan aku mengeluarkan suaraku dengan lantang. Tapi posisiku sulit.

13:00 “akhirnya sudah sampai didepan rumahmu. dan aku telah membeli bunganya ditempat favoritemu, Gadisku. Bunga Mawar merah kesukaanmu. Semoga kau tidak melupakan hari ini. Aku juga telah mempersiapkan kado spesial buatmu. Kuharap pestanya belum selesai.” Beberapa langkah menuju pintu, kurasakan perbedaan yang sangat drastis disini. Ataukah cuma perasaanku, sepi dan sunyi sekali. Dan rerumputannya sangat tidak terawat. Seolah-olah menunjukkan waktu yang sebenarnya telah berjalan sangat lama. Dan aku berpura-pura untuk lupa.

13:15 “atau kubatalkan saja niatku ini. Mungkin kau sudah sangat bahagia di sana, sayang. Tapi tak mungkin aku menyerah sejauh itu. Pada saat mungkin kau sangat membutuhkanku diruangan yang sangat sempit dan dingin itu. Gadisku, beri aku waktu sebentar saja.” Kumundurkan lagi langkah-langkah kakiku. Seandainya saja bias kupercepat, tapi ini seperti mengulang beberapa waktu kelam lalu, dan ini berjalan dengan sangat lama.

15:00 “mungkin beberapa orang dijalan sudah menganggapku gila. Dengan bunga, kado dan wajah merah padamku menahan rasa ketakutan. Kusut sekali aku disini. Sudah seberapa lama aku berdiri didepan gerbang ini. Ah, lebih baik aku segera ketempatmu. Sebelum waktu semakin gila mempermainkanku.” Tanpa berpikir panjang lagi aku melaju masuk kedalam. Sedikit berbelok-belok dan sampai. kau menyambutku dengan sedikit tatapan kosong yang panjang. “Gadisku, jangan marah.” Pujukku. Dia hanya terdiam seperti sebongkah batu kosong diatas pusaranya. Sama seperti 10 tahun yang lalu.

15:05 “Selamat Ulang Tahun, Kamu.” Aku meletakkan bunga mawar merahnya tadi diatas tanah yang seolah menyelimutinya selama bertahun-tahun. Aju juga membuka sebuah kado yang kujanjikan padanya. Sebuah gantungan kunci berbentuk kartun kesukaannya, Crayon Shinchan. Lalu aku berdoa untuknya. Dan terakhir, aku menyanyikan sebuah lagu. “nina bobo… oh, nina bobo… kalau tidak bobo…” aku tak sanggup menerusinya. Air mataku sudah membumi sejak tadi didepan pusaranya. “Gadisku, sebaiknya aku pergi. Untuk yang terakhir kalinya. Selamat Ulang Tahun, Kamu” dan aku berlari keluar dari tempat pemakaman umum itu.

 suzi.


Jumat, 30 Maret 2012

baru putus seminggu 3 hari.
si doski masih mejeng-mejeng ceria di TL itu sesuatuk banget sodara-sodara.
mau nge-Uf entar malah bilang kekanak-kanakan banget. habisnya, aku cuma sedikit risih aja.
entar malah dikira udah gak mau temenan lagi.
tapi dia mah gak ngerti.
temenan sih bagi aku gak masalah.
cuma kok rasanya dia gak punya hati baget buat jagain perasaan mantannya (aku).
iya aku tau cuma temen biasa kamu sama dia.
ah, si cewek itu juga nyesekin.
kalo mau jadian yah jadian aja kale gak usah bilang "SEDANG ENGGAK BERPACARAN"
*SHIIIIIIITTTTTTTTTTTTTT

Kamis, 29 Maret 2012

Cerita Sang Nyonya Malam ~

dipujuk sebuah malam yang tak berbintang
ia menceritakanku sebuah cerita seram
tentang cinta yang tak pernah tersampaikan.

katanya:
"aku mempunyai kekasih dalam hidupku"
"cukup sekali dalam seumur nyawaku"
"seorang yang teramat membuatku ada"
"kau pasti tak menyangka, cinta itu"
"yang paling senang datang dan mudah hilang, nak"

lalu sambungnya:
"aku selalu dibuat gegabah oleh rasa"
"aku hanya ingin berada selalu dengannya"
"itu yang tak mungkin kudapatkan."
"kata-kata itu langsung dari Tuhan, sayang."
"titah yang tak bisa kubahtah"

Dan akhirnya:
"aku memilih mematikan Aku"
"kadang disaat awan bergumpal itu datang"
"aku senang."
"ada alasan aku tak ditampakkan untuknya"
"atu sebenarnya aku yang melarikan diri"
"ini sepi, sayang"
"aku lelah dari rindu yang tak tersampaikan."
 "sesosok kuning yang memuakkan"
"Bumi yang kucintai"
"tak akan menerimaku"
"walau ia membutuhkanku"
"ini lebih dari sepi, sayang"
"dan aku lupa mengajarinya berteman dengan ketiadaan"
"kesatuan kamu tak pernah direstui semesta"
"dan itu abadi"
"Aku, nyonya malam yang patah hati"

Dan Bulan itu diam lagi.

Lelakiku

lelakiku, bacalah sajak itu lebih dalam. temukan titik air mata yang telah membatu disana. dan lupakan aku. ~
Lelakiku, tak apa kau melupakan aku. setidaknya malam takkan pernah berubah. kecuali gemuruh yang datang tanpa diundang. ~
lelakiku, terkadang dalam setiap diamku ada yang ulang-alik tiada henti melintasi anganku. kamukah? tapi kenapa hanya aku... ~
lelakiku, jangan ulangi kata-katamu itu. kita jelas sangat bertentangan. kau senja sedang aku subuh yang tak dirindukan. ~
lelakiku, aku tak berharap kelak. karena ia telah habis sebelum aku membuka mata. mari, kita sama-sama melupakan. ~
lelakiku, adakah yang lebih layu dari ini. kadang aku berpikir kau yang lebih tau segalanya dari bulan yang diam-daim mengintip kita. ~
mungkin karena kau lelakiku. ~

Cahaya Sore

"sesosok senja yang tak sengaja menyelinap dibalik selimut rinduku, mungkin kamu.

   sejak kapan aku tak mengingatmu lagi. mungkin sejak saat itu takkan pernah ada lagi senja yang berada diberanda jendela kamarku. semua berawal dari kisah masa lalu. yang abadi dikisahkan para peri dan nyonya malam. saat senja yang diam-diam memikatku, ini sangat menghanyutkan.

   sedetik kemudaian aku merasa sedang tak berada dikamarku, melainkan berada sangat jauh disudut paling ujung tepian pantai. tempat paling indah menatap sang senka yang menggemasi rindu. ah, alamku berubah.

   sedetik kemudian, setelah aku menutup mata dan mencoba membukanya secara perlahan yang tak sampai seperdetik hitungan waktu, senja telah berubah temaram. ke;am, tak hitam tapi sangat pendiam. cinta pertamahilang begitu saja.

   aku tau, ini hanya siklus. cinta yang menanaminya. membuat kita sengaja untuk bersabar menjalaninya dalam sebuah penantian. aku juga sangat tau, esok akan datang lebih banyak senja yang bisa kulewati lebih lama dari ini. 
   tapi, ia akan berubah temaram lagi. percuma aku menanami rindu pada setiap harapan untuk melihatnya kembali. ia tetap saja meninggalkanku, bergulat mersa dengan sosok hitam kebiru-biruan itu. anak sang malam. ini rindu yang sia-sia.

   jika cinta sebegitu baiknya, kenapa sehari saja tak ada senja yang abadi dalam lihatku. yang tak akan memberikan duka dalam penantianku. sungguh aku tak menyukai malam. apalagi temaram. dan ia tak akan berbaik hati padaku.

   jika cinta sebegitu jahatnya, biarkan saja senja itu tiada Tuan. yang sedari awal tak menyelinap masuk dalam kenangan sepi-sepiku. yang selalu haus hangat pelukan sesosok seperti senja itu. biarkan hatiku hancur dalam abadi kesendirian. yang tak menyia-nyiakan diri mencintai yang tak harus dimiliki. sepi Tuan.

                                                                                                                               Suzi_

  

Jumat, 24 Februari 2012

"CEWEK JOMBLO"

"diari gue" 

kenapa harus JOMBLO? kenapa harus ada istilah JOMBLO ketika putus CINTA??? trus apa kegunaan dari JOMBLO? kenapa jomblo selalu identik dengan SENDIRI.... kasian banget. dan kenapa semakin hari semakin banyak orang yang JOMBLO??? ini gak sebanding dengan orang yang pacaran. kalo di buat perusaan "JOMBLOORGANIZER" pasti banyak yang lamar kerja. biar gue yang jadi Direktur utamanya. dan yang jadi saingan gue cuma satu perusahaan terkemuka di dunia perpasangan "JODOHUNITED" (semacam akun sebelah). ini fiksi banget...

trus, ada masalah dengan cewek yang jomblo? terlebih untuk pertama kali dalam hidupnya dia jomblo. bangga banget pasti mantan pertamanya. seperti cinta pertama, mantan pertama juga punya magig yang paling susyahh buat di lupain!!!. inilah masa-masa magang bagi seseorang yang baru Jomblo untuk pertama kali.

gue tau rasanya itu. nyeri...


Senin, 16 Januari 2012

Jadilah milikku, mau?


Ya, 10 tahun lalu.
Tempat ini menjadi favoritku bersama Rina. Separuh hatiku. Pemandangan sore yang sangat sayang untuk terlewatkan. Sesosok senja yang bersunggut menyusut mengganti diri menjadi temaram, di tambah sepoi-sepoi angin pantai. Terlebih di sampingku duduk seorang bidadari. Ini surga dunia menurutku.

Aku selalu suka menatap matanya yang kagum melihat ujung-ujung senja yang datang dan pergi. Seperti anak-anak. Riang sekali.
“cantik ya bang…. cantik…” begitu kagumnya. Ini yang membuatku tak pernah bosan duduk di sampingnya. Wanita yang menggemaskan.

Pernah sesekali kami bertengkar karena hal yang memang tak seharusnya untuk di perbesar. Tapi itu lah perjalanan. Tak selalunya jalan itu lurus dan mulus.

Tapi hari ini, tepat 10 tahun yang lalu. Suasana berbeda. Aku terlalu gugup untuk berduaan dengannya hari itu. Tak tenang, gelisah, sesuatu dalam hatiku terlalu ingin keluar dan menggebu-gebu untuk menerkamnya. Dia seperti biasa. Hanya diam, tersenyum kagum menatar senja. Tak memperhatikan keringatku yang seperinya membeku di keningku.

“dek.. hmm… kamu gak haus?” malah itu yang menjadi pertanyaanku. Di depannya sudah ada air kelapa. Bodoh.
“lah, abang kenapa? Kan sudah ada minuman.” Ucapnya bingung. “loh, abang kok pucat? Sakit ya.” Tangannya menyentuh lembut leherku. Aku semakin gelagapan. Rasanya pusing sekali.
“ah, gak apa-apa.” Kataku berbohong. Aku mengambil tangannya dan mengenggamnya, meremasnya.
“kalau sakit jujur aja deh bang. adek gak mau abang kenapa-kenapa. Pulang aja yuk.” Pintanya cemas. “Bagaimana bisa pulang. Aku menunggu hari ini sekian lama. Tapi kenapa malah begini keadaanku. Ya tuhan. Bantu aku” gumamku dalam hati. Mencoba untuk tenang. Menghirup udara dan membuangnya. Semoga berhasil tuhan.

“Rina.” Kataku menggenggam erat tangannya meletakkannya kedadaku. Dia kaget, gelagapan.
“kamu selalu senja di hatiku, kamu selalu indah di kenangku, kamu adalah masa depan untuk hidupku. Maukah kamu dek, menjadi mentari yang membangunkanku di pagi hari, yang membuatkan kopi sebelumku berangkat kerja, menemaniku di kala senang serta susah, menjadi ibu untuk anak-anak kita, abang ingin tua bersamamu.” Ucapku terbata-bata. Tanganku yang satunya mengeluarkan cincin dan menghadapkan ke depannya.

“Jadilah milikku, mau?” sambungku.
Dia hanya diam. Diam menatap mataku. Aku sendiri merasakan ada bening-bening air yang keluar dari matanya. Dia menggigit bibirnya dan mengangguk pelan. Aku serasa ingin mati kesenangan, kegirangan. Dan langsung memasukkan cincin tersebut di tangannya yang ku genggam tadi. Dia tetap saja diam. Senja yang sangat indah.

Hari ini, tepat 10 tahun aku melamarnya. Dan kami sekeluarga tetap suka duduk di pantai ini. Dan aku selalu bahagia mendapati banyak senja di hidupku. Rani, dan keluargaku.


Minggu, 15 Januari 2012

Rindu di Seberang.

Cup, kalo kamu baca surat ini. Pertama-tama tolong jangan ketawa. Aku sih yakin aja kamu gak akan ketawa. Tapi ketawa dengan sangat lebar kan? Atau tersenyum khasmu itu. Ah, Ya sudahlah.

Jangan heran kenapa aku menulis surat kepadamu? Itu mungkin karena kamu tak pernah mau menghubungiku secara langsung. Setidak-tidaknya ketika punya pulsa, apa salahnya SMS aku. Tapi aku gak ngarep sih cup. Toh ujung-ujungnya aku juga yang menghubungimu. Hahaha…

Aku ingin mengucapkan terima kasih. Boneka anjing malas itu yang kuberi nama “emi”, al-quran yang sangat-sangat cantik itu dan buku “Poconggg juga pocong” yang kau transfer dari Surabaya ke pekanbaru sengaja untukku. Kado ulang tahun yang sangat-sangat istimewa. Masih ingatkan betapa aku kesal  karena sampainya telat sehari. Tapi semua terobati, emi sangat mengintimidasi hatiku. Aku langsung mencintainya seperti ya… mencintaimu seperti waktu (dulu).  Ya sudahlah…

Ga tau cup, sampai sekarang aku masih saja tetap nyusahin kamu. Kamu sih jadi orang baik banget. Aku selalu senang kalo udah cerita-cerita sama kamu. Di tambah kamu tuh jahil banget, kadang-kadang aku suka ngerasa sepi sendiri kalo gak denger suara kamu. Kamu emang abang yang baik.

Terutama nyanyian kamu. Aku selalu senang kalo dengerin kamu nyanyi walaupun itu bukan buat aku. Kamu juga inspirasi aku banget sebenarnya. Kamu hebat. Rindu yang sangat hebat.

Kamu kerja yang bener  ya, eh iya kamu kan kerjanya emang bener. Kumpulin uang yang banyak. Jangan kebanyakan pacaran dengan leptop. Semoga kamu menjadi desain grafis yang keren. Kalo aku jadi ke Tulung Agung lebaran nanti, kita ketemuan yah. Ke kebun apple yang di malang itu. Kamu harus temani aku titik.
Sudah deh galau tentang “is*** ***ng” ya… mending cari cewe lain. Hahaha… *pasti sok cool*
Doain aku juga ya biar apa yang aku lakukan semuanya baik-baik aja. Dan aku akan mendoakan kamu juga.
Cukup sekian dulu. Sekian yang nantinya bias di sambung lain waktu.

Salam terhangat - *mantan Rindu”


Sabtu, 14 Januari 2012

AKU MAUNYA KAMU TITIK!

Sudah hampir lima malam berturut-turut aku begadang di warnet 24 jam yang berada di dekat rumah. Ada yang ingin ku lihat, ku cari dan ku dekati. Seorang wanita tentunya. Aku penasaran dengannya. Seorang wanita yang tak sengaja melontarkan senyum termanis yang pernah aku temukan. Yang membuatku salah tingkah waktu itu, rasanya panas. Ya, Aku jatuh cinta. Ya, lelaki memang mudah sekali jatuh cinta. Tapi ini cinta pandangan pertama. Berbeda.

Tiga hari yang lalu, ia masih datang kesini tapi hingga dua hari belakangan aku tak pernah melihatnya lagi. “ah, sebentar lagi pasti datang. Sebentar lagi…” aku coba menenangkan hatiku sama seperti kemarin. ini belum seberapa.

hingga dua minggu pun terlewati. Rasa putus asa datang di menghampiriku. “apa dia tak akan datang lagi ke sini?” aku membatin. Tapi rasa penasaran dan senyumnya yang masih saja menempel di otakku membuat aku menepis segala keraguanku. Mungkin dia ada urusan penting di luar sana,  Atau dia sudah mempunyai alternative lain seperti komputer di rumah? Ah… memikirkan itu membuat sia-sia usaha yang ku lakukan selama dua minggu belakang ini.  Tapi karena dari awal aku maunya dia. Sangat mau mengenalinya, Mendekatinya, Aku Cuma maunya dia saja Titik.

Mau tak mau aku menanyakan siapa dia ke OP warnet. Kelihatannya mereka saling mengenal. Karena pernah kulihat mereka ngobrol sebentar sebelum wanita itu pulang.

“bang, kamu tau kan cewek yang memakai bando merah hati, yang pernah ngobrol dengan abang kemaren sebelum dia pulang. Dua minggu yang lalu sih.” Tanyaku sedikit ragu-ragu kepadanya. Semoga saja dia mengingatnya.

“oh. Lisa maksud kamu? Yang sering duduk di Room no. 4 itu kan? Ada apa ya?” ternyata dia tau.
“eh iya bang benar. Abang tau kenapa dia gak pernah datang ke sini lagi?” tambahku.
“lah, masa kamu gak tau?”

“lah, gak tau apa bang?” aku sedikit tidak mengerti.
“hm… masa gak tau.” Dia semakin membuatku penasaran. Tiba-tiba handphone-nya berbunyi. Kami sama-sama kaget. Belum sempat dia menjawab pertanyaanku, eh dia malah beranjak keluar dan menyuruh rekannya yang lain untuk menggantikannya menjaga warnet.
“sial…” kesal dalam hati.

Besoknya aku datang lagi. Duduk  menatap monitor yang masih gelap. Entah mengapa kepalaku tiba-tiba berpaling kearah samping. Tak jauh dariku wanita itu duduk manis dan tersenyum kepadaku. Aku kaget. Aku lupa untuk senang menanggapinya. Aku kaget. Waktu sekiranya berhenti. Hanya berlangsung 3 menit. Wanita itu bangkit dan langsung beranjak keluar. Tanpa basa basi aku mengejarnya. Tapi dia menghilang.
“loh, kemana dia.” Ucapku heran. Aku pergi ke samping warnet. Mungkin dia di sana. Setibanya di sana, dia tetap tidak ada. Yang ada malah OP warnet yang  itu. “duh. Padahal aku hanya ingin kenal kamu, kok hilang lagi!” sambungku kesal.

“udahan mainnya, dek?” tiba-tiba OP warnet itu bertanya kepadaku.
“oh… gak bang. Eh bang, kamu lihat gak cewek yang aku tanyain kemaren itu. dia barusan keluar, tapi kok langsung hilang begitu saja.”
“cewek itu lagi? Dia sudah meninggal loh. Kemaren dia kecelakaan!”
“ah. Bercandanya keterlaluan banget sih.” Aku mulai gelisah.
OP warnet tadi melihat mataku dalam dan beranjak pergi.
Aku bingung. Aku maunya dia. Tapi dia, aku maunya dia...

LUFFY HANYA SESOSOK CHARA? AKU TAK PEDULI.

Teruntuk Monkey D Luffi.  Surat ini berasal dari east blue. Tanah kelahiranmu.

Aku lupa sejak kapan aku bisa sangat mengagumimu. Oh iya, sejak smp. Sejak kamu tayang setiap minggu di salah satu stasiun tv swasta waktu itu. jam 10 pagi. Ternyata aku masih mengingatnya.

Tau kenapa aku menulis surat untukmu? Karena kamu berada di sebuah kanvas dan tulisanku juga berada di sebuah kertas. Kita sama-sama dalam sebuah doa dan masa depan.

Langsung saja. Aku selalu heran dengan semangat yang kamu punya. Rasa kebersamaan yang sangat kental antar nakama. Aku selalu iri untuk menjadi Zoro, Usop, Nami, Sanji, Robin, Choper,  Franky, dan juga Brook. Terutama Zoro. Dia orang kepercayaanmu kan? Seseorang tolol yang selalu lupa arah. Kenapa kamu bisa memilih Nakama seperti mereka sih? Tapi mereka memang orang-orang terhebat. Tak pernah ada duanya untuk berada di atas kapalmu, Going Merry dan ThousandSunny. AKU IRIIII…!!!

 Eh iya, setelah melawan Hody dipulau fishman, kenapa kamu bisa-bisanya menantang Big Mam hanya gara-gara permen? Kamu selalu sesimple itu ya. Aku hanya bisa berharap. Kamu menang dan menyelamatkan pulau manusia ikan tersebut. Jinbei dan raja neptunus saja sudah menyetujui untuk menggantikan bendera bajak laut Big Mam tersebut dengan bendera bajak laut Topi Jerami punyamu suatu saat nanti. itu sesuatu kepercayaan yang sangat besar. Sangat besar.

Terakhir tapi tak mengakhiri, semoga selamat sampai di dunia baru dan Luffi, semoga kamu menjadi RAJA BAJAK LAUT seperti apa yang kamu cita-citakan. seperti Gold D. Roger, ayah dari saudaramu Ace.serta mengalahkan Kurohige yang kejam itu. Aku sangat benci kepadanya. Jika ketemu sabo dan ayahmu nanti “Monkey D Dragon” salam ya. Tanyain ke dia, sebenarnya dia tipe DF apaan. Haha.

Oh hampir lupa. Aku menamai hamsterku dengan nama kapalmu itu. tapi saying mereka mati sebelum berkembang biak. Ah, aku terlalu banyak mengoceh seperti usop. Sudah dulu ya. Aku juga ingin berpetualang di duniaku sendiri. semoga aku bisa sepertimu, selalu semangat.

Salam lapar "Panda Women."

"Kamu manis, Kataku."


“BRAKKK…!” buku-buku yang ku pinjam di perpus tadi berjatuhan ke bawah. “duh, dinding sialan. Kenapa bisa ga kelihatan sih!” gumamku kesal seraya memungutnya. Benar-benar berantakan. Kertas-kertas di buku itu tersebar kemana-mana. Putih semua kecuali satu berwarna merah jambu.
“kertas apa ini?” aku memungutnya dan membalik-balikkannya. ternyata ada tulisannya.

 “Kamu manis, kataku.
Kamu indah, kataku.
Kamu resah, kataku
Kamu rindu, kataku.
Aku cinta kamu, kataku kepada tuhaku
Untukmu!”
“Tertanda : D.S ”

“waahh…. Puisinya bagus!” ucapku kagum. “hm.. D.S? siapa ya. Sepertinya pernah tau nih. Gaya tulisannya juga pernah baca. Duh.. di mana ya. Penasaran jadinya. Kok bisa ada di buku ini.” Aku penasaran. Ku putuskan untuk ke perpus lagi. Menanyakan siapa sebelumnya yang meminjam buku ini. Buku yang jarang mau di baca anak sesekolahan.

“bu, tau gak buku ini sebelumnya yang minjem siapa?” tanyaku kepada penjaga perpus, bu Sari.
“buku “Sejarah Dunia Kuno”. Hm… kalau tidak salah cowok sih yang minjam buku ini kemaren. Emangnya ada apa ya.”
“ada perlu sama dia bu.” Karangku.
“sebentar ibu cari dulu.” Bu sari pun membuka buku daftar peminjam buku di perpus.
“ini… Dika Satria kelas XII IPS2.” Jelas bu sari kepadaku.
“Pas! Terima kasih bu.” Akupun keluar dari perpus sambil mengingat-ingat namanya.
“Dika Satria XII IPS2…. Dika Satria XII IPS2….aku mengenalinya” Ulangku dalam hati. “apa aku kembalikan saja. Ini tulisannya. Mana tau di buat sengaja untuk seseorang, eh malah kelupaan. Kasihan.” Sambungku dalam hati.

Sebenarnya kelas XII IPS2 bersebelahan dengan kelasku. Tapi karena tak ada temanku di sana, aku tak pernah melewatinya. Apalagi untuk masuk kedalamnya. Walaupun aku mengenali Dika, tapi bukan berarti dia temanku. Ya sudah, aku memutuskan untuk mengembalikannya. Sesekali berbuat baik tak ada salahnya. belum sempat aku ke kelasnya, dari kejauhan aku melihat dia sedang berdiri di depan pintu kelasku. Seperti mencari seseorang. Langsung saja aku menghampirinya.
“eh, Dika kan?” sapaku kepadanya. Rupanya dia membalasnya dengan kaget.
“eh… iya…” katanya gugup. “ada apa ya.”
“kamu yang kemaren minjam buku ‘Sejarah Dunia Kuno’-kan?”
“iya.. kenapa? Eh. Jangan-jangan kamu ketemu itu ya.” dia semakin gugup.
“maksud kamu, kertas merah jambu yang ada puisinya ini.” Ucapku sambil menunjukkan kertas tersebut.
“iya… kamu baca ya?” kali ini di sertai kaget
“hm…iya” kataku merasa bersalah.
“ya tuhan. Puisi itu sebenarnya… sebenarnya… hm.. memang buat kamu. Duh. kok bisa kebaca duluan…!” sekarang aku yang gugup. Terdiam juga. “apa maksudnya…?!” ucapku membatin.
“apa maksud kamu ngomong gitu.?!” ucapku penasaran.
“kamu… kamu… kamu manis, kataku!!!” jeritnya dan langsung kabur ke arah kelasnya. Aku mematung, diam. puisi ini buatku. Dan “aku manis, katanya…” rasanya sekelilingku ikut terdiam.

Felice

Dear Mantan Pacar.

7 bulan yang lalu. Kita putus.
Kamu masih ingat aku? Sepertinya tidak. Kamu kan sudah ada penggantiku.

Ah, aku sudah tak mau peduli (sebenarnya). Tapi, perasaan yang berbohong dan berbohong untuk tak mengingatmu itu menyakitkan.

Aku sebenarnya kecewa denganmu. Hingga saat ini, Komitmen yang kita buat kemaren bisa-bisanya hancur berantakan. Padahal kamu janji untuk tak meninggalkanku hingga nafas terakhir. Dan bodohnya aku untuk percaya kamu. Itu semata-mata karena “cinta”. Cinta yang buta.

berhentilah beranggapan aku akan menangisimu lagi dan memanggil nama kecil itu.  Aku sudah terlalu bodoh waktu itu untuk terus berharap kamu aka kembali kepadaku lagi. Di tambah sekarang aku juga sudah menemukan seseorang yang ku harap bisa lebih darimu. Yang mencintaiku apa adanya.

Terima kasih. Mungkin saja rasa sakit yang kau berikan ternyata hanya sebuah perantara bahwa aku akan mendapatkan seseorang yang lebih darimu. Lebih mengerti aku yang lemah dan rapuh.

aku telah memutuskan untuk tidak tergantung lagi padamu. Karena aku telah menemui duniaku dan kau juga telah menemukan dunia barumu. Kita impas. Maafkan aku atas segala kekurangan yang sering aku berikan kepadamu. Tetap kau yang menjadi terbaik selama hidupku. Walaupun itu hanya kata-kataku yang dulu…

dari... "Mumu..."

Jumat, 13 Januari 2012

DAG DIG DUG

Matanya melihatku tajam. Penuh sesal. Penuh benci. Memuakkan.

Keringatku yang bercucuran di wajahku cukup membuat alasannya menyeringai bingas.

“ku…rang apa lagi?” kataku gemetaran tapi dia diam tak menjawab. Aku tak suka keadaan seperti ini. Sangat tertekan. Sesal aku melewati gang sempit ini lagi. jika tadi ibu tak memaksa aku merantau, aku tak akan pernah sampai ke jalan ini lagi. tempat yang sangat suram.

Tiba-tiba saja Wajahnya mendekati pipiku. Aku menciumi bau nafasnya yang seperti orang kehausan. Mataku meram-melek tak tahan dan aku memilih untuk tertutup saja. Tak mau melihatnya di tambah Tanganku tak bisa menepis tubuhnya. Ada benda tajam yang tegak manja di depan jantungku.

Aku bingung. Dadaku rasanya ingin keluar sangking takutnya, tapi aku menahannya karena takut tersentuh belati hitam itu. sesak. Ini adalah keadaan genting. Aku sangat takut, tuhan.
Dag…dig…dug…

Mulutnya semakin mendekati mulutku. Kini aku bisa merasakan bau nafasnya. Aku jijik. “ya tuhan… aku mau di apakan oleh manusaia biadab ini” cibirku dalam hati. Ku coba membuka mataku , ku lihat memang persis bayanganku. Bibirnya tepat di depan bibirku. Sangat ngeri!

Kali ini tak hanya kepalanya yang di dekatkan ke tubuhku. Pikiranku sudah tak menentu sekali. Tubuhnya telah mendarat di tubuhku. Belati tadi beralih tempat ke belakang pinggangku. Menciptakan sensasi lain. Sekali lagi, aku akan mencoba berbicara padanya. Sebelum apa yang ku pikirkan terjadi. Sebelum aku di kutuk tuhanku.

“maa…mauu apa la…” ucapanku terpotong oleh bekapan bibirnya. yang sangat ku takuti telah terjadi. Tubuhku gemetaran hebat. Aku merasakan dadaku dan dadanya berdegup kencang. Ia melumati bibirku dengan berang. Jantungku rasanya tak tahan ingin keluar. sontak tubuhku meronta, menolaknya. Tapi yang terjadi sebaliknya. Pinggangku menerima belati itu. Kini ia tertancap di pinggangku. hangat , berdarah.

Adikku kaget. Memundurkan langkahnya melihatku nyeri kesakitan. “kak… maaf kak…!” hanya itu yang di ucapnya. Samar-samar aku melihatnya kabur meningalkanku sendiri dengan degup jantung yang semakin melemah karenanya. Dag dig dug…
“karma…” ucapku perih

Kamis, 12 Januari 2012

Anggap aja Iklan.

Entah kenapa ini.... punya ide buat nulis, tapi gak tau mau mulai dari mana.....
ini bagaimana.......... :"(
:'(
:'(
:'(

TERTANDA : @diarisobekk

Rabu, 11 Januari 2012

"halo, siapa namamu"

“lagi……?!”
Aku bisa dengan mudah mengartikan suasana seperti ini. Dengan kata lain “aku sudah terbiasa”. Terbangun dengan suara lengkingan tajam dari ruang tamu, ayah dan ibu sedang beradu mulit lagi. Tak banyak ambil pusing. Aku langsung bergegas keluar rumah pergi entah kemana lagi seperti kemarin dan kemarinnya lagi.
“lama-lama aku bisa gila!” gumamku dalam hati. Aku seorang lelaki yang baru gede. 15 tahun bukan umur yang mudah untuk menjadi pemeran keluarga yang sedang broken home. Lebih baik aku pergi sejauh mungkin. Di mulai dari sekarang.
Setelah melewati gang sempit di belakang rumah, aku sedikit menemukan hidup. Melihat yang tua itu sedang bermesraan dengan anak cucunya. Demi apapun, ini yang ku sebut “iri”. Ingin menangis saja tak sanggup. Aku seorang lelaki. Dan kakiku adalah alat untuk menuju masa depan. Ku pilih untuk terus berlalu saja untuk saat ini, melewati kebahagiaan sekelilingku.
Ya, keluargaku adalah orang yang berada. Serba mewah, serba ada. Tapi untuk mendapatkan satu senyum ayah, aku harus berkelahi dengan preman pasar. “ini baru anak ayah. Jagoan, preman!” pujian yang tak pernah di harapkan semua anak di dunia. Itu bukan diriku.
Baru kali ini aku meragukan tuhanku. Katanya jika aku baik semua orang juga akan baik kepadaku. Aku merasa sia-sia ikut menemuinya setiap minggu. Jika seandainya aku bisa menemuinya aku pasti bisa protes tentang keadaanku sekarang. Tapi bagaimana. Aku sendiri tidak tau tujuanku kemana.
Berjalan dan memikirkan masalah keluargaku serta tuhan membuatku lelah. Pandanganku beralih ke sebatang pohon di tepi sungai. Rindang. Aku ingin istirahat. Semoga saja tuhan datang ke mimpiku. Atau sesosok bunda yang baik hati mendengar keluhanku secara langsung. Dan akupun tertidur.
 “hei, bangun… bangun!?” seseorang seperti berbisik di telingaku di susul sedikit goyangan di pundakku. Berat mataku untuk terbuka. Tapi sepertinya sekelilingku bercahaya, tapi malam. Ku paksakan mataku untuk terbuka. Cahaya itu malah memudar, beralih kesebuah senyuman. “malaikat?” tiba-tiba saja mulutku mengguman itu. Dia malah semakin menyeringai menarik tanganku, mengajakku beranjak dari tempat sandaranku itu. Aku hanya menurut dan terdiam. Ia tetap menatapku tersenyum. Indah.
“halo, siapa namamu?” pertanyaan pertamanya kepadaku.
 “aku? Hah. Siapa kamu?” aku malah bertanya balik.
“aku izrail” jawabnya santai. Hening sesaat, namanya itu seperti menarik jantungku. Aku pernah mendengar nama itu. Malah sering. Tapi aku lupa siapa dia. Kenapa dia menghampiriku. Jika dia orang jahat kenapa hanya senyum yang di semayamkan di bibirnya. Ah, perduli setan. Aku menyuguhkan tanganku untuk bersalaman. Ia menanggapinya dan memegang erat tanganku. Dingin.
“nama yang aneh. Aku steve.” Kataku tegas. “kamu anak daerah sini?” tambahku.
“tidak”
“lalu?”
Dia diam tak menjawab. Tiba-tiba suasana mendingin . dia bercahaya lagi. Aku ketakutan. Ini adalah ketakutan.
“malaikat?!” aku menutup mataku. Dan membukanya lagi.
“bukan. Namaku Izrafil” kali ini orang yang berbeda, senyumannya masih sama. indah, merasuki jantungku. Matanya menatapku penuh bahagia.
“kamu siapa? Yuk kerumahku. Di samping masjid itu.” Ia menarik tanganku. Hangat. Aku hanya bisa menurut.
“malaikat…” gumamku dalam hati, lagi.