@diarisobekk

makasih udah mampir di blog saya... seperti mampir di hati saya ... :))

Sabtu, 14 Januari 2012

AKU MAUNYA KAMU TITIK!

Sudah hampir lima malam berturut-turut aku begadang di warnet 24 jam yang berada di dekat rumah. Ada yang ingin ku lihat, ku cari dan ku dekati. Seorang wanita tentunya. Aku penasaran dengannya. Seorang wanita yang tak sengaja melontarkan senyum termanis yang pernah aku temukan. Yang membuatku salah tingkah waktu itu, rasanya panas. Ya, Aku jatuh cinta. Ya, lelaki memang mudah sekali jatuh cinta. Tapi ini cinta pandangan pertama. Berbeda.

Tiga hari yang lalu, ia masih datang kesini tapi hingga dua hari belakangan aku tak pernah melihatnya lagi. “ah, sebentar lagi pasti datang. Sebentar lagi…” aku coba menenangkan hatiku sama seperti kemarin. ini belum seberapa.

hingga dua minggu pun terlewati. Rasa putus asa datang di menghampiriku. “apa dia tak akan datang lagi ke sini?” aku membatin. Tapi rasa penasaran dan senyumnya yang masih saja menempel di otakku membuat aku menepis segala keraguanku. Mungkin dia ada urusan penting di luar sana,  Atau dia sudah mempunyai alternative lain seperti komputer di rumah? Ah… memikirkan itu membuat sia-sia usaha yang ku lakukan selama dua minggu belakang ini.  Tapi karena dari awal aku maunya dia. Sangat mau mengenalinya, Mendekatinya, Aku Cuma maunya dia saja Titik.

Mau tak mau aku menanyakan siapa dia ke OP warnet. Kelihatannya mereka saling mengenal. Karena pernah kulihat mereka ngobrol sebentar sebelum wanita itu pulang.

“bang, kamu tau kan cewek yang memakai bando merah hati, yang pernah ngobrol dengan abang kemaren sebelum dia pulang. Dua minggu yang lalu sih.” Tanyaku sedikit ragu-ragu kepadanya. Semoga saja dia mengingatnya.

“oh. Lisa maksud kamu? Yang sering duduk di Room no. 4 itu kan? Ada apa ya?” ternyata dia tau.
“eh iya bang benar. Abang tau kenapa dia gak pernah datang ke sini lagi?” tambahku.
“lah, masa kamu gak tau?”

“lah, gak tau apa bang?” aku sedikit tidak mengerti.
“hm… masa gak tau.” Dia semakin membuatku penasaran. Tiba-tiba handphone-nya berbunyi. Kami sama-sama kaget. Belum sempat dia menjawab pertanyaanku, eh dia malah beranjak keluar dan menyuruh rekannya yang lain untuk menggantikannya menjaga warnet.
“sial…” kesal dalam hati.

Besoknya aku datang lagi. Duduk  menatap monitor yang masih gelap. Entah mengapa kepalaku tiba-tiba berpaling kearah samping. Tak jauh dariku wanita itu duduk manis dan tersenyum kepadaku. Aku kaget. Aku lupa untuk senang menanggapinya. Aku kaget. Waktu sekiranya berhenti. Hanya berlangsung 3 menit. Wanita itu bangkit dan langsung beranjak keluar. Tanpa basa basi aku mengejarnya. Tapi dia menghilang.
“loh, kemana dia.” Ucapku heran. Aku pergi ke samping warnet. Mungkin dia di sana. Setibanya di sana, dia tetap tidak ada. Yang ada malah OP warnet yang  itu. “duh. Padahal aku hanya ingin kenal kamu, kok hilang lagi!” sambungku kesal.

“udahan mainnya, dek?” tiba-tiba OP warnet itu bertanya kepadaku.
“oh… gak bang. Eh bang, kamu lihat gak cewek yang aku tanyain kemaren itu. dia barusan keluar, tapi kok langsung hilang begitu saja.”
“cewek itu lagi? Dia sudah meninggal loh. Kemaren dia kecelakaan!”
“ah. Bercandanya keterlaluan banget sih.” Aku mulai gelisah.
OP warnet tadi melihat mataku dalam dan beranjak pergi.
Aku bingung. Aku maunya dia. Tapi dia, aku maunya dia...

LUFFY HANYA SESOSOK CHARA? AKU TAK PEDULI.

Teruntuk Monkey D Luffi.  Surat ini berasal dari east blue. Tanah kelahiranmu.

Aku lupa sejak kapan aku bisa sangat mengagumimu. Oh iya, sejak smp. Sejak kamu tayang setiap minggu di salah satu stasiun tv swasta waktu itu. jam 10 pagi. Ternyata aku masih mengingatnya.

Tau kenapa aku menulis surat untukmu? Karena kamu berada di sebuah kanvas dan tulisanku juga berada di sebuah kertas. Kita sama-sama dalam sebuah doa dan masa depan.

Langsung saja. Aku selalu heran dengan semangat yang kamu punya. Rasa kebersamaan yang sangat kental antar nakama. Aku selalu iri untuk menjadi Zoro, Usop, Nami, Sanji, Robin, Choper,  Franky, dan juga Brook. Terutama Zoro. Dia orang kepercayaanmu kan? Seseorang tolol yang selalu lupa arah. Kenapa kamu bisa memilih Nakama seperti mereka sih? Tapi mereka memang orang-orang terhebat. Tak pernah ada duanya untuk berada di atas kapalmu, Going Merry dan ThousandSunny. AKU IRIIII…!!!

 Eh iya, setelah melawan Hody dipulau fishman, kenapa kamu bisa-bisanya menantang Big Mam hanya gara-gara permen? Kamu selalu sesimple itu ya. Aku hanya bisa berharap. Kamu menang dan menyelamatkan pulau manusia ikan tersebut. Jinbei dan raja neptunus saja sudah menyetujui untuk menggantikan bendera bajak laut Big Mam tersebut dengan bendera bajak laut Topi Jerami punyamu suatu saat nanti. itu sesuatu kepercayaan yang sangat besar. Sangat besar.

Terakhir tapi tak mengakhiri, semoga selamat sampai di dunia baru dan Luffi, semoga kamu menjadi RAJA BAJAK LAUT seperti apa yang kamu cita-citakan. seperti Gold D. Roger, ayah dari saudaramu Ace.serta mengalahkan Kurohige yang kejam itu. Aku sangat benci kepadanya. Jika ketemu sabo dan ayahmu nanti “Monkey D Dragon” salam ya. Tanyain ke dia, sebenarnya dia tipe DF apaan. Haha.

Oh hampir lupa. Aku menamai hamsterku dengan nama kapalmu itu. tapi saying mereka mati sebelum berkembang biak. Ah, aku terlalu banyak mengoceh seperti usop. Sudah dulu ya. Aku juga ingin berpetualang di duniaku sendiri. semoga aku bisa sepertimu, selalu semangat.

Salam lapar "Panda Women."

"Kamu manis, Kataku."


“BRAKKK…!” buku-buku yang ku pinjam di perpus tadi berjatuhan ke bawah. “duh, dinding sialan. Kenapa bisa ga kelihatan sih!” gumamku kesal seraya memungutnya. Benar-benar berantakan. Kertas-kertas di buku itu tersebar kemana-mana. Putih semua kecuali satu berwarna merah jambu.
“kertas apa ini?” aku memungutnya dan membalik-balikkannya. ternyata ada tulisannya.

 “Kamu manis, kataku.
Kamu indah, kataku.
Kamu resah, kataku
Kamu rindu, kataku.
Aku cinta kamu, kataku kepada tuhaku
Untukmu!”
“Tertanda : D.S ”

“waahh…. Puisinya bagus!” ucapku kagum. “hm.. D.S? siapa ya. Sepertinya pernah tau nih. Gaya tulisannya juga pernah baca. Duh.. di mana ya. Penasaran jadinya. Kok bisa ada di buku ini.” Aku penasaran. Ku putuskan untuk ke perpus lagi. Menanyakan siapa sebelumnya yang meminjam buku ini. Buku yang jarang mau di baca anak sesekolahan.

“bu, tau gak buku ini sebelumnya yang minjem siapa?” tanyaku kepada penjaga perpus, bu Sari.
“buku “Sejarah Dunia Kuno”. Hm… kalau tidak salah cowok sih yang minjam buku ini kemaren. Emangnya ada apa ya.”
“ada perlu sama dia bu.” Karangku.
“sebentar ibu cari dulu.” Bu sari pun membuka buku daftar peminjam buku di perpus.
“ini… Dika Satria kelas XII IPS2.” Jelas bu sari kepadaku.
“Pas! Terima kasih bu.” Akupun keluar dari perpus sambil mengingat-ingat namanya.
“Dika Satria XII IPS2…. Dika Satria XII IPS2….aku mengenalinya” Ulangku dalam hati. “apa aku kembalikan saja. Ini tulisannya. Mana tau di buat sengaja untuk seseorang, eh malah kelupaan. Kasihan.” Sambungku dalam hati.

Sebenarnya kelas XII IPS2 bersebelahan dengan kelasku. Tapi karena tak ada temanku di sana, aku tak pernah melewatinya. Apalagi untuk masuk kedalamnya. Walaupun aku mengenali Dika, tapi bukan berarti dia temanku. Ya sudah, aku memutuskan untuk mengembalikannya. Sesekali berbuat baik tak ada salahnya. belum sempat aku ke kelasnya, dari kejauhan aku melihat dia sedang berdiri di depan pintu kelasku. Seperti mencari seseorang. Langsung saja aku menghampirinya.
“eh, Dika kan?” sapaku kepadanya. Rupanya dia membalasnya dengan kaget.
“eh… iya…” katanya gugup. “ada apa ya.”
“kamu yang kemaren minjam buku ‘Sejarah Dunia Kuno’-kan?”
“iya.. kenapa? Eh. Jangan-jangan kamu ketemu itu ya.” dia semakin gugup.
“maksud kamu, kertas merah jambu yang ada puisinya ini.” Ucapku sambil menunjukkan kertas tersebut.
“iya… kamu baca ya?” kali ini di sertai kaget
“hm…iya” kataku merasa bersalah.
“ya tuhan. Puisi itu sebenarnya… sebenarnya… hm.. memang buat kamu. Duh. kok bisa kebaca duluan…!” sekarang aku yang gugup. Terdiam juga. “apa maksudnya…?!” ucapku membatin.
“apa maksud kamu ngomong gitu.?!” ucapku penasaran.
“kamu… kamu… kamu manis, kataku!!!” jeritnya dan langsung kabur ke arah kelasnya. Aku mematung, diam. puisi ini buatku. Dan “aku manis, katanya…” rasanya sekelilingku ikut terdiam.

Felice

Dear Mantan Pacar.

7 bulan yang lalu. Kita putus.
Kamu masih ingat aku? Sepertinya tidak. Kamu kan sudah ada penggantiku.

Ah, aku sudah tak mau peduli (sebenarnya). Tapi, perasaan yang berbohong dan berbohong untuk tak mengingatmu itu menyakitkan.

Aku sebenarnya kecewa denganmu. Hingga saat ini, Komitmen yang kita buat kemaren bisa-bisanya hancur berantakan. Padahal kamu janji untuk tak meninggalkanku hingga nafas terakhir. Dan bodohnya aku untuk percaya kamu. Itu semata-mata karena “cinta”. Cinta yang buta.

berhentilah beranggapan aku akan menangisimu lagi dan memanggil nama kecil itu.  Aku sudah terlalu bodoh waktu itu untuk terus berharap kamu aka kembali kepadaku lagi. Di tambah sekarang aku juga sudah menemukan seseorang yang ku harap bisa lebih darimu. Yang mencintaiku apa adanya.

Terima kasih. Mungkin saja rasa sakit yang kau berikan ternyata hanya sebuah perantara bahwa aku akan mendapatkan seseorang yang lebih darimu. Lebih mengerti aku yang lemah dan rapuh.

aku telah memutuskan untuk tidak tergantung lagi padamu. Karena aku telah menemui duniaku dan kau juga telah menemukan dunia barumu. Kita impas. Maafkan aku atas segala kekurangan yang sering aku berikan kepadamu. Tetap kau yang menjadi terbaik selama hidupku. Walaupun itu hanya kata-kataku yang dulu…

dari... "Mumu..."

Jumat, 13 Januari 2012

DAG DIG DUG

Matanya melihatku tajam. Penuh sesal. Penuh benci. Memuakkan.

Keringatku yang bercucuran di wajahku cukup membuat alasannya menyeringai bingas.

“ku…rang apa lagi?” kataku gemetaran tapi dia diam tak menjawab. Aku tak suka keadaan seperti ini. Sangat tertekan. Sesal aku melewati gang sempit ini lagi. jika tadi ibu tak memaksa aku merantau, aku tak akan pernah sampai ke jalan ini lagi. tempat yang sangat suram.

Tiba-tiba saja Wajahnya mendekati pipiku. Aku menciumi bau nafasnya yang seperti orang kehausan. Mataku meram-melek tak tahan dan aku memilih untuk tertutup saja. Tak mau melihatnya di tambah Tanganku tak bisa menepis tubuhnya. Ada benda tajam yang tegak manja di depan jantungku.

Aku bingung. Dadaku rasanya ingin keluar sangking takutnya, tapi aku menahannya karena takut tersentuh belati hitam itu. sesak. Ini adalah keadaan genting. Aku sangat takut, tuhan.
Dag…dig…dug…

Mulutnya semakin mendekati mulutku. Kini aku bisa merasakan bau nafasnya. Aku jijik. “ya tuhan… aku mau di apakan oleh manusaia biadab ini” cibirku dalam hati. Ku coba membuka mataku , ku lihat memang persis bayanganku. Bibirnya tepat di depan bibirku. Sangat ngeri!

Kali ini tak hanya kepalanya yang di dekatkan ke tubuhku. Pikiranku sudah tak menentu sekali. Tubuhnya telah mendarat di tubuhku. Belati tadi beralih tempat ke belakang pinggangku. Menciptakan sensasi lain. Sekali lagi, aku akan mencoba berbicara padanya. Sebelum apa yang ku pikirkan terjadi. Sebelum aku di kutuk tuhanku.

“maa…mauu apa la…” ucapanku terpotong oleh bekapan bibirnya. yang sangat ku takuti telah terjadi. Tubuhku gemetaran hebat. Aku merasakan dadaku dan dadanya berdegup kencang. Ia melumati bibirku dengan berang. Jantungku rasanya tak tahan ingin keluar. sontak tubuhku meronta, menolaknya. Tapi yang terjadi sebaliknya. Pinggangku menerima belati itu. Kini ia tertancap di pinggangku. hangat , berdarah.

Adikku kaget. Memundurkan langkahnya melihatku nyeri kesakitan. “kak… maaf kak…!” hanya itu yang di ucapnya. Samar-samar aku melihatnya kabur meningalkanku sendiri dengan degup jantung yang semakin melemah karenanya. Dag dig dug…
“karma…” ucapku perih

Kamis, 12 Januari 2012

Anggap aja Iklan.

Entah kenapa ini.... punya ide buat nulis, tapi gak tau mau mulai dari mana.....
ini bagaimana.......... :"(
:'(
:'(
:'(

TERTANDA : @diarisobekk

Rabu, 11 Januari 2012

"halo, siapa namamu"

“lagi……?!”
Aku bisa dengan mudah mengartikan suasana seperti ini. Dengan kata lain “aku sudah terbiasa”. Terbangun dengan suara lengkingan tajam dari ruang tamu, ayah dan ibu sedang beradu mulit lagi. Tak banyak ambil pusing. Aku langsung bergegas keluar rumah pergi entah kemana lagi seperti kemarin dan kemarinnya lagi.
“lama-lama aku bisa gila!” gumamku dalam hati. Aku seorang lelaki yang baru gede. 15 tahun bukan umur yang mudah untuk menjadi pemeran keluarga yang sedang broken home. Lebih baik aku pergi sejauh mungkin. Di mulai dari sekarang.
Setelah melewati gang sempit di belakang rumah, aku sedikit menemukan hidup. Melihat yang tua itu sedang bermesraan dengan anak cucunya. Demi apapun, ini yang ku sebut “iri”. Ingin menangis saja tak sanggup. Aku seorang lelaki. Dan kakiku adalah alat untuk menuju masa depan. Ku pilih untuk terus berlalu saja untuk saat ini, melewati kebahagiaan sekelilingku.
Ya, keluargaku adalah orang yang berada. Serba mewah, serba ada. Tapi untuk mendapatkan satu senyum ayah, aku harus berkelahi dengan preman pasar. “ini baru anak ayah. Jagoan, preman!” pujian yang tak pernah di harapkan semua anak di dunia. Itu bukan diriku.
Baru kali ini aku meragukan tuhanku. Katanya jika aku baik semua orang juga akan baik kepadaku. Aku merasa sia-sia ikut menemuinya setiap minggu. Jika seandainya aku bisa menemuinya aku pasti bisa protes tentang keadaanku sekarang. Tapi bagaimana. Aku sendiri tidak tau tujuanku kemana.
Berjalan dan memikirkan masalah keluargaku serta tuhan membuatku lelah. Pandanganku beralih ke sebatang pohon di tepi sungai. Rindang. Aku ingin istirahat. Semoga saja tuhan datang ke mimpiku. Atau sesosok bunda yang baik hati mendengar keluhanku secara langsung. Dan akupun tertidur.
 “hei, bangun… bangun!?” seseorang seperti berbisik di telingaku di susul sedikit goyangan di pundakku. Berat mataku untuk terbuka. Tapi sepertinya sekelilingku bercahaya, tapi malam. Ku paksakan mataku untuk terbuka. Cahaya itu malah memudar, beralih kesebuah senyuman. “malaikat?” tiba-tiba saja mulutku mengguman itu. Dia malah semakin menyeringai menarik tanganku, mengajakku beranjak dari tempat sandaranku itu. Aku hanya menurut dan terdiam. Ia tetap menatapku tersenyum. Indah.
“halo, siapa namamu?” pertanyaan pertamanya kepadaku.
 “aku? Hah. Siapa kamu?” aku malah bertanya balik.
“aku izrail” jawabnya santai. Hening sesaat, namanya itu seperti menarik jantungku. Aku pernah mendengar nama itu. Malah sering. Tapi aku lupa siapa dia. Kenapa dia menghampiriku. Jika dia orang jahat kenapa hanya senyum yang di semayamkan di bibirnya. Ah, perduli setan. Aku menyuguhkan tanganku untuk bersalaman. Ia menanggapinya dan memegang erat tanganku. Dingin.
“nama yang aneh. Aku steve.” Kataku tegas. “kamu anak daerah sini?” tambahku.
“tidak”
“lalu?”
Dia diam tak menjawab. Tiba-tiba suasana mendingin . dia bercahaya lagi. Aku ketakutan. Ini adalah ketakutan.
“malaikat?!” aku menutup mataku. Dan membukanya lagi.
“bukan. Namaku Izrafil” kali ini orang yang berbeda, senyumannya masih sama. indah, merasuki jantungku. Matanya menatapku penuh bahagia.
“kamu siapa? Yuk kerumahku. Di samping masjid itu.” Ia menarik tanganku. Hangat. Aku hanya bisa menurut.
“malaikat…” gumamku dalam hati, lagi.