@diarisobekk

makasih udah mampir di blog saya... seperti mampir di hati saya ... :))

Sabtu, 31 Maret 2012

"Selamat Ulang Tahun, Kamu"


08:01 “Banyak yang harus kulakukan hari ini. Tidak seperti hari-hari yang sebelumnya. Yang kujalani dengan semua kesia-siaan. Semoga sebelum sore aku melaksanakan tugasku dengan mulus. Dan tanpa sedikit keraguan” batinku seraya menatap tanggal dikalender itu, pagi ini.

10:15 “ah, apalagi yang harus kulakukan. Apa yang tak pernah kuberikan kepadanya. Bukannya semua sudah pernah kuberikan. Lalu kali ini apalagi.  Otakku buntu!!! BUNTU…!!!” jeritku dalam hati. Sebenarnya ingin saja terang-terangan aku mengeluarkan suaraku dengan lantang. Tapi posisiku sulit.

13:00 “akhirnya sudah sampai didepan rumahmu. dan aku telah membeli bunganya ditempat favoritemu, Gadisku. Bunga Mawar merah kesukaanmu. Semoga kau tidak melupakan hari ini. Aku juga telah mempersiapkan kado spesial buatmu. Kuharap pestanya belum selesai.” Beberapa langkah menuju pintu, kurasakan perbedaan yang sangat drastis disini. Ataukah cuma perasaanku, sepi dan sunyi sekali. Dan rerumputannya sangat tidak terawat. Seolah-olah menunjukkan waktu yang sebenarnya telah berjalan sangat lama. Dan aku berpura-pura untuk lupa.

13:15 “atau kubatalkan saja niatku ini. Mungkin kau sudah sangat bahagia di sana, sayang. Tapi tak mungkin aku menyerah sejauh itu. Pada saat mungkin kau sangat membutuhkanku diruangan yang sangat sempit dan dingin itu. Gadisku, beri aku waktu sebentar saja.” Kumundurkan lagi langkah-langkah kakiku. Seandainya saja bias kupercepat, tapi ini seperti mengulang beberapa waktu kelam lalu, dan ini berjalan dengan sangat lama.

15:00 “mungkin beberapa orang dijalan sudah menganggapku gila. Dengan bunga, kado dan wajah merah padamku menahan rasa ketakutan. Kusut sekali aku disini. Sudah seberapa lama aku berdiri didepan gerbang ini. Ah, lebih baik aku segera ketempatmu. Sebelum waktu semakin gila mempermainkanku.” Tanpa berpikir panjang lagi aku melaju masuk kedalam. Sedikit berbelok-belok dan sampai. kau menyambutku dengan sedikit tatapan kosong yang panjang. “Gadisku, jangan marah.” Pujukku. Dia hanya terdiam seperti sebongkah batu kosong diatas pusaranya. Sama seperti 10 tahun yang lalu.

15:05 “Selamat Ulang Tahun, Kamu.” Aku meletakkan bunga mawar merahnya tadi diatas tanah yang seolah menyelimutinya selama bertahun-tahun. Aju juga membuka sebuah kado yang kujanjikan padanya. Sebuah gantungan kunci berbentuk kartun kesukaannya, Crayon Shinchan. Lalu aku berdoa untuknya. Dan terakhir, aku menyanyikan sebuah lagu. “nina bobo… oh, nina bobo… kalau tidak bobo…” aku tak sanggup menerusinya. Air mataku sudah membumi sejak tadi didepan pusaranya. “Gadisku, sebaiknya aku pergi. Untuk yang terakhir kalinya. Selamat Ulang Tahun, Kamu” dan aku berlari keluar dari tempat pemakaman umum itu.

 suzi.


Jumat, 30 Maret 2012

baru putus seminggu 3 hari.
si doski masih mejeng-mejeng ceria di TL itu sesuatuk banget sodara-sodara.
mau nge-Uf entar malah bilang kekanak-kanakan banget. habisnya, aku cuma sedikit risih aja.
entar malah dikira udah gak mau temenan lagi.
tapi dia mah gak ngerti.
temenan sih bagi aku gak masalah.
cuma kok rasanya dia gak punya hati baget buat jagain perasaan mantannya (aku).
iya aku tau cuma temen biasa kamu sama dia.
ah, si cewek itu juga nyesekin.
kalo mau jadian yah jadian aja kale gak usah bilang "SEDANG ENGGAK BERPACARAN"
*SHIIIIIIITTTTTTTTTTTTTT

Kamis, 29 Maret 2012

Cerita Sang Nyonya Malam ~

dipujuk sebuah malam yang tak berbintang
ia menceritakanku sebuah cerita seram
tentang cinta yang tak pernah tersampaikan.

katanya:
"aku mempunyai kekasih dalam hidupku"
"cukup sekali dalam seumur nyawaku"
"seorang yang teramat membuatku ada"
"kau pasti tak menyangka, cinta itu"
"yang paling senang datang dan mudah hilang, nak"

lalu sambungnya:
"aku selalu dibuat gegabah oleh rasa"
"aku hanya ingin berada selalu dengannya"
"itu yang tak mungkin kudapatkan."
"kata-kata itu langsung dari Tuhan, sayang."
"titah yang tak bisa kubahtah"

Dan akhirnya:
"aku memilih mematikan Aku"
"kadang disaat awan bergumpal itu datang"
"aku senang."
"ada alasan aku tak ditampakkan untuknya"
"atu sebenarnya aku yang melarikan diri"
"ini sepi, sayang"
"aku lelah dari rindu yang tak tersampaikan."
 "sesosok kuning yang memuakkan"
"Bumi yang kucintai"
"tak akan menerimaku"
"walau ia membutuhkanku"
"ini lebih dari sepi, sayang"
"dan aku lupa mengajarinya berteman dengan ketiadaan"
"kesatuan kamu tak pernah direstui semesta"
"dan itu abadi"
"Aku, nyonya malam yang patah hati"

Dan Bulan itu diam lagi.

Lelakiku

lelakiku, bacalah sajak itu lebih dalam. temukan titik air mata yang telah membatu disana. dan lupakan aku. ~
Lelakiku, tak apa kau melupakan aku. setidaknya malam takkan pernah berubah. kecuali gemuruh yang datang tanpa diundang. ~
lelakiku, terkadang dalam setiap diamku ada yang ulang-alik tiada henti melintasi anganku. kamukah? tapi kenapa hanya aku... ~
lelakiku, jangan ulangi kata-katamu itu. kita jelas sangat bertentangan. kau senja sedang aku subuh yang tak dirindukan. ~
lelakiku, aku tak berharap kelak. karena ia telah habis sebelum aku membuka mata. mari, kita sama-sama melupakan. ~
lelakiku, adakah yang lebih layu dari ini. kadang aku berpikir kau yang lebih tau segalanya dari bulan yang diam-daim mengintip kita. ~
mungkin karena kau lelakiku. ~

Cahaya Sore

"sesosok senja yang tak sengaja menyelinap dibalik selimut rinduku, mungkin kamu.

   sejak kapan aku tak mengingatmu lagi. mungkin sejak saat itu takkan pernah ada lagi senja yang berada diberanda jendela kamarku. semua berawal dari kisah masa lalu. yang abadi dikisahkan para peri dan nyonya malam. saat senja yang diam-diam memikatku, ini sangat menghanyutkan.

   sedetik kemudaian aku merasa sedang tak berada dikamarku, melainkan berada sangat jauh disudut paling ujung tepian pantai. tempat paling indah menatap sang senka yang menggemasi rindu. ah, alamku berubah.

   sedetik kemudian, setelah aku menutup mata dan mencoba membukanya secara perlahan yang tak sampai seperdetik hitungan waktu, senja telah berubah temaram. ke;am, tak hitam tapi sangat pendiam. cinta pertamahilang begitu saja.

   aku tau, ini hanya siklus. cinta yang menanaminya. membuat kita sengaja untuk bersabar menjalaninya dalam sebuah penantian. aku juga sangat tau, esok akan datang lebih banyak senja yang bisa kulewati lebih lama dari ini. 
   tapi, ia akan berubah temaram lagi. percuma aku menanami rindu pada setiap harapan untuk melihatnya kembali. ia tetap saja meninggalkanku, bergulat mersa dengan sosok hitam kebiru-biruan itu. anak sang malam. ini rindu yang sia-sia.

   jika cinta sebegitu baiknya, kenapa sehari saja tak ada senja yang abadi dalam lihatku. yang tak akan memberikan duka dalam penantianku. sungguh aku tak menyukai malam. apalagi temaram. dan ia tak akan berbaik hati padaku.

   jika cinta sebegitu jahatnya, biarkan saja senja itu tiada Tuan. yang sedari awal tak menyelinap masuk dalam kenangan sepi-sepiku. yang selalu haus hangat pelukan sesosok seperti senja itu. biarkan hatiku hancur dalam abadi kesendirian. yang tak menyia-nyiakan diri mencintai yang tak harus dimiliki. sepi Tuan.

                                                                                                                               Suzi_