@diarisobekk

makasih udah mampir di blog saya... seperti mampir di hati saya ... :))

Senin, 16 Januari 2012

Jadilah milikku, mau?


Ya, 10 tahun lalu.
Tempat ini menjadi favoritku bersama Rina. Separuh hatiku. Pemandangan sore yang sangat sayang untuk terlewatkan. Sesosok senja yang bersunggut menyusut mengganti diri menjadi temaram, di tambah sepoi-sepoi angin pantai. Terlebih di sampingku duduk seorang bidadari. Ini surga dunia menurutku.

Aku selalu suka menatap matanya yang kagum melihat ujung-ujung senja yang datang dan pergi. Seperti anak-anak. Riang sekali.
“cantik ya bang…. cantik…” begitu kagumnya. Ini yang membuatku tak pernah bosan duduk di sampingnya. Wanita yang menggemaskan.

Pernah sesekali kami bertengkar karena hal yang memang tak seharusnya untuk di perbesar. Tapi itu lah perjalanan. Tak selalunya jalan itu lurus dan mulus.

Tapi hari ini, tepat 10 tahun yang lalu. Suasana berbeda. Aku terlalu gugup untuk berduaan dengannya hari itu. Tak tenang, gelisah, sesuatu dalam hatiku terlalu ingin keluar dan menggebu-gebu untuk menerkamnya. Dia seperti biasa. Hanya diam, tersenyum kagum menatar senja. Tak memperhatikan keringatku yang seperinya membeku di keningku.

“dek.. hmm… kamu gak haus?” malah itu yang menjadi pertanyaanku. Di depannya sudah ada air kelapa. Bodoh.
“lah, abang kenapa? Kan sudah ada minuman.” Ucapnya bingung. “loh, abang kok pucat? Sakit ya.” Tangannya menyentuh lembut leherku. Aku semakin gelagapan. Rasanya pusing sekali.
“ah, gak apa-apa.” Kataku berbohong. Aku mengambil tangannya dan mengenggamnya, meremasnya.
“kalau sakit jujur aja deh bang. adek gak mau abang kenapa-kenapa. Pulang aja yuk.” Pintanya cemas. “Bagaimana bisa pulang. Aku menunggu hari ini sekian lama. Tapi kenapa malah begini keadaanku. Ya tuhan. Bantu aku” gumamku dalam hati. Mencoba untuk tenang. Menghirup udara dan membuangnya. Semoga berhasil tuhan.

“Rina.” Kataku menggenggam erat tangannya meletakkannya kedadaku. Dia kaget, gelagapan.
“kamu selalu senja di hatiku, kamu selalu indah di kenangku, kamu adalah masa depan untuk hidupku. Maukah kamu dek, menjadi mentari yang membangunkanku di pagi hari, yang membuatkan kopi sebelumku berangkat kerja, menemaniku di kala senang serta susah, menjadi ibu untuk anak-anak kita, abang ingin tua bersamamu.” Ucapku terbata-bata. Tanganku yang satunya mengeluarkan cincin dan menghadapkan ke depannya.

“Jadilah milikku, mau?” sambungku.
Dia hanya diam. Diam menatap mataku. Aku sendiri merasakan ada bening-bening air yang keluar dari matanya. Dia menggigit bibirnya dan mengangguk pelan. Aku serasa ingin mati kesenangan, kegirangan. Dan langsung memasukkan cincin tersebut di tangannya yang ku genggam tadi. Dia tetap saja diam. Senja yang sangat indah.

Hari ini, tepat 10 tahun aku melamarnya. Dan kami sekeluarga tetap suka duduk di pantai ini. Dan aku selalu bahagia mendapati banyak senja di hidupku. Rani, dan keluargaku.


Minggu, 15 Januari 2012

Rindu di Seberang.

Cup, kalo kamu baca surat ini. Pertama-tama tolong jangan ketawa. Aku sih yakin aja kamu gak akan ketawa. Tapi ketawa dengan sangat lebar kan? Atau tersenyum khasmu itu. Ah, Ya sudahlah.

Jangan heran kenapa aku menulis surat kepadamu? Itu mungkin karena kamu tak pernah mau menghubungiku secara langsung. Setidak-tidaknya ketika punya pulsa, apa salahnya SMS aku. Tapi aku gak ngarep sih cup. Toh ujung-ujungnya aku juga yang menghubungimu. Hahaha…

Aku ingin mengucapkan terima kasih. Boneka anjing malas itu yang kuberi nama “emi”, al-quran yang sangat-sangat cantik itu dan buku “Poconggg juga pocong” yang kau transfer dari Surabaya ke pekanbaru sengaja untukku. Kado ulang tahun yang sangat-sangat istimewa. Masih ingatkan betapa aku kesal  karena sampainya telat sehari. Tapi semua terobati, emi sangat mengintimidasi hatiku. Aku langsung mencintainya seperti ya… mencintaimu seperti waktu (dulu).  Ya sudahlah…

Ga tau cup, sampai sekarang aku masih saja tetap nyusahin kamu. Kamu sih jadi orang baik banget. Aku selalu senang kalo udah cerita-cerita sama kamu. Di tambah kamu tuh jahil banget, kadang-kadang aku suka ngerasa sepi sendiri kalo gak denger suara kamu. Kamu emang abang yang baik.

Terutama nyanyian kamu. Aku selalu senang kalo dengerin kamu nyanyi walaupun itu bukan buat aku. Kamu juga inspirasi aku banget sebenarnya. Kamu hebat. Rindu yang sangat hebat.

Kamu kerja yang bener  ya, eh iya kamu kan kerjanya emang bener. Kumpulin uang yang banyak. Jangan kebanyakan pacaran dengan leptop. Semoga kamu menjadi desain grafis yang keren. Kalo aku jadi ke Tulung Agung lebaran nanti, kita ketemuan yah. Ke kebun apple yang di malang itu. Kamu harus temani aku titik.
Sudah deh galau tentang “is*** ***ng” ya… mending cari cewe lain. Hahaha… *pasti sok cool*
Doain aku juga ya biar apa yang aku lakukan semuanya baik-baik aja. Dan aku akan mendoakan kamu juga.
Cukup sekian dulu. Sekian yang nantinya bias di sambung lain waktu.

Salam terhangat - *mantan Rindu”