@diarisobekk

makasih udah mampir di blog saya... seperti mampir di hati saya ... :))

Jumat, 13 Januari 2012

DAG DIG DUG

Matanya melihatku tajam. Penuh sesal. Penuh benci. Memuakkan.

Keringatku yang bercucuran di wajahku cukup membuat alasannya menyeringai bingas.

“ku…rang apa lagi?” kataku gemetaran tapi dia diam tak menjawab. Aku tak suka keadaan seperti ini. Sangat tertekan. Sesal aku melewati gang sempit ini lagi. jika tadi ibu tak memaksa aku merantau, aku tak akan pernah sampai ke jalan ini lagi. tempat yang sangat suram.

Tiba-tiba saja Wajahnya mendekati pipiku. Aku menciumi bau nafasnya yang seperti orang kehausan. Mataku meram-melek tak tahan dan aku memilih untuk tertutup saja. Tak mau melihatnya di tambah Tanganku tak bisa menepis tubuhnya. Ada benda tajam yang tegak manja di depan jantungku.

Aku bingung. Dadaku rasanya ingin keluar sangking takutnya, tapi aku menahannya karena takut tersentuh belati hitam itu. sesak. Ini adalah keadaan genting. Aku sangat takut, tuhan.
Dag…dig…dug…

Mulutnya semakin mendekati mulutku. Kini aku bisa merasakan bau nafasnya. Aku jijik. “ya tuhan… aku mau di apakan oleh manusaia biadab ini” cibirku dalam hati. Ku coba membuka mataku , ku lihat memang persis bayanganku. Bibirnya tepat di depan bibirku. Sangat ngeri!

Kali ini tak hanya kepalanya yang di dekatkan ke tubuhku. Pikiranku sudah tak menentu sekali. Tubuhnya telah mendarat di tubuhku. Belati tadi beralih tempat ke belakang pinggangku. Menciptakan sensasi lain. Sekali lagi, aku akan mencoba berbicara padanya. Sebelum apa yang ku pikirkan terjadi. Sebelum aku di kutuk tuhanku.

“maa…mauu apa la…” ucapanku terpotong oleh bekapan bibirnya. yang sangat ku takuti telah terjadi. Tubuhku gemetaran hebat. Aku merasakan dadaku dan dadanya berdegup kencang. Ia melumati bibirku dengan berang. Jantungku rasanya tak tahan ingin keluar. sontak tubuhku meronta, menolaknya. Tapi yang terjadi sebaliknya. Pinggangku menerima belati itu. Kini ia tertancap di pinggangku. hangat , berdarah.

Adikku kaget. Memundurkan langkahnya melihatku nyeri kesakitan. “kak… maaf kak…!” hanya itu yang di ucapnya. Samar-samar aku melihatnya kabur meningalkanku sendiri dengan degup jantung yang semakin melemah karenanya. Dag dig dug…
“karma…” ucapku perih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kritik dan Saran kalian Dibutuhkan...^^,