@diarisobekk

makasih udah mampir di blog saya... seperti mampir di hati saya ... :))

Sabtu, 09 Juli 2011

satu-satunya cinta


malam itu, langit sangat hitam, pekat menutupi bulan dan bintang. Ia seolah sangat marah untuk membiarkan bulan menerangi bumi yang ditemani oleh jutaan bintang. Langit pada saat itu seperti ingin menyemburkan petir kemarahannya dan triliunan air mata yang telah lama ia pendam. Terakhir kali ia begitu adalah pada saat ia dipaksa untuk berada diantara keambangan rasa dan itupun hanya mengeluarkan air sedikit diantara siang bolong yang sangat terang.
Sepertinya itulah gambaran perasaanku malam itu. ketika semuanya telah bahagia, hanya tinggal aku sendiri yang meratapi kelemahan. Sangat menyesal aku harus bertindak bodoh seperti itu. aku seolah dipermainkan, dilecehkan padahal aku sudah sangat bersungguh-sungguh untuk menjaga dan menjadi yang terbaik dalam suatu hubungan hampa ini. tapi apakan daya, kebanyakan dari semua yang kita rencanakan pasti hancur perlahan-lahan tanpa sisa.
Aku sudah sangat lelah untuk tidak mengakui kesakitan hati yang telah aku pendam beberapa hari ini. tetap saja ada orang yang tidak mengerti dengan apa yang aku lakukan. Mereka melihat saja tanpa mau tau apa yang aku kerjakan. Ya sudah, akupun larut dengan dunia gelap yang ku ciptakan sendiri. Sesungguhnya aku bukan orang yang pandai untuk menutupi kelemahan diri sendiri sehingga hasilnya pun aku yang menjadi korbannya. Korban kebiadaban cinta. Aku menunggu berita yang takkan pernah sampai ketanganku. Walaupun sudah banyak yang mencaci tetap saja aku menunggu tanpa pernah aku memikirkan yang ku tunggu tidak pernah member respon sedikitpun kepadaku.
Pernah suatu hari itu, ia sepertinya mencari-cari aku yang sudah hampir mati dengan perasaanku sendiri. Ia berkata bahwa kita harus menjalani hubungan ini sampai pada titik tertentu yang mungkin akan mengakhiri semuanya. Itu sangat bodoh menurutku. Apa ia tidak pernah berpikir bila kita menjalani suatu hubungan pastilah itu untuk akhir yang baik bukan mencari tahu kapan akan berakhirnya hubungan ini. sangat bodoh dan pengecut sekali.
Sangat disayangkan bahwa aku telah kalah dalam keadaan. Pada awalnya yang mengaku kalah dengan keadaan adalah dia yang memulainya. Lagi dan lagi, keadaan yang mengatur semuanya. Mengatur hak asasi manusia yang seharusnya bahagia tapi malah mati dalam rasa. Ia berkata bahwa ia sudah tidak sanggup dengan semuanya dan ini adalah salahku yang tak pernah ada saat ia membutuhkan dan ini sudah untuk ketiga kalinya.
Langit kabut pekat itu sudah tidak tahan. Tidak tahan mengeluarkan seluruh muntahannya. Petir dan air hujan. Dan juga aku. Aku sangat marah dan menjadi langit kabut malam itu. haruskah setiap kesempatan hanya diberi tiga kali kesempatan padahal bila kita yakin dengan perasaan sendiri pasti hal ini bisa diselesaikan dengan baik-baik. Aku bukan orang yang selalu penuh dengan amal perbuatan baik, dan begitu juga ia si pemula. Dan juga penyesalan itu memang selalu datang dibelakangan bukan didepan. Aku sangat menyesal cinta apabila aku yang telah mengabaikanmu. Tapi haruskah semua yang kita lalui itu berakhir dengan hanya sekejap mata? Dengan beberapa beban yang tak sanggup kau tanggung dan keadaan yang mematahkan semua ikatan kita. Kau pergi dengan semua luka yang kau tinggalkan.
Alhasil, aku pun mengamuk seamuknya besamaan dengan petir yang dimuntahkan oleh langit malam itu. walaupun suaraku kalah dengan ramainya bunyi hujan yang turun tapi aku tak peduli. Akulah langit kelabu dan pekat pada saat itu. seseorang yang ditinggali oleh kekasih yang sangat ia berarti. Seseorang yang telah kalah dengan keadaan. Dan terakhir kalinya aku memilih mati oleh kehampaan yang tiada berarti ini. mati dengan membawa hal terbodoh yang pernah aku lakukan. Mencintai orang yang tak pernah mencintaiku lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kritik dan Saran kalian Dibutuhkan...^^,